• Panduan Kirim Naskah
  • Tentang Alfuwisdom
  • LIPUTAN BILFEST 2025
  • Sehimpun Gagasan
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
Rubrik
  • BILFEST 2025
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan BILFEST 2025
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Penerbitan Buku
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
ALFUWISDOM
ALFUWISDOM
  • Panduan Kirim Naskah
  • Tentang Alfuwisdom
  • LIPUTAN BILFEST 2025
  • Sehimpun Gagasan
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Resensi Buku

Masyarakat Sipil dan Transisi Energi Hijau

  • November 21, 2024
  • 4 minute read
Total
0
Shares
0
0
0

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd/ Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Literasi Lingkungan Hidup

Di tengah peralihan besar menuju energi hijau, masyarakat sipil muncul sebagai aktor penting yang sering kali luput dari perhatian. Dalam konteks demokrasi, masyarakat sipil memainkan peran strategis sebagai penyeimbang antara negara, korporasi, dan mitra internasional, yang terkadang hanya fokus pada kepentingan jangka pendek dan keuntungan material. Dengan kekuatannya yang berakar pada advokasi, pengawasan, dan pemberdayaan masyarakat, masyarakat sipil mampu menjadi motor penggerak utama untuk memastikan transisi energi yang berkeadilan dan inklusif.

Konteks Global Transisi Energi

Transisi energi hijau, sebagai upaya untuk menggantikan sumber energi fosil dengan energi terbarukan, bukan sekadar pergeseran teknis. Ini adalah perubahan paradigmatik yang menyentuh berbagai aspek, mulai dari tata kelola energi, kebijakan lingkungan, hingga distribusi sosial-ekonomi. Namun, realitas transisi ini sering diwarnai dengan ketimpangan. Negara-negara berkembang kerap menjadi “korban” atas ambisi global untuk energi hijau, karena mereka dipaksa menanggung beban lingkungan dan sosial akibat eksploitasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan teknologi hijau negara maju.

Dalam kondisi seperti ini, masyarakat sipil memainkan peran penting untuk memastikan bahwa transisi energi tidak hanya berfokus pada tujuan lingkungan semata, tetapi juga menjunjung tinggi prinsip keadilan sosial. Tanpa keterlibatan masyarakat sipil, transisi energi berisiko menjadi monopoli negara dan korporasi yang cenderung mengabaikan kelompok masyarakat rentan.

Peran Masyarakat Sipil dalam Transisi Energi

Advokasi Kebijakan dan Reformasi Tata Kelola. Salah satu kontribusi utama masyarakat sipil adalah mengadvokasi reformasi kebijakan di sektor energi. Dalam banyak kasus, kebijakan energi sering kali didikte oleh aktor-aktor besar yang memiliki akses lebih besar ke sumber daya dan kekuasaan politik. Dalam situasi seperti ini, masyarakat sipil bertindak sebagai penjaga kepentingan publik, mendorong kebijakan yang lebih inklusif, transparan, dan berbasis pada kebutuhan nyata masyarakat.

Sebagai contoh, di beberapa negara berkembang, organisasi masyarakat sipil telah berhasil menekan pemerintah untuk meningkatkan alokasi anggaran energi terbarukan bagi daerah pedesaan yang sebelumnya tidak terjangkau listrik. Advokasi ini tidak hanya memastikan pemerataan akses energi, tetapi juga membuka peluang bagi inovasi lokal yang berkelanjutan.

Akuntabilitas dan Transparansi

Masyarakat sipil juga memiliki peran sentral dalam memastikan akuntabilitas dan transparansi dalam tata kelola energi. Proyek energi skala besar, seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga surya atau angin, sering kali melibatkan dana publik yang besar. Tanpa pengawasan masyarakat sipil, ada potensi penyalahgunaan anggaran dan kegagalan proyek yang berdampak pada kerugian masyarakat luas.

Melalui pemantauan independen, masyarakat sipil dapat mengidentifikasi dan melaporkan penyimpangan dalam pelaksanaan proyek energi hijau. Mereka juga dapat memastikan bahwa proyek-proyek ini tidak hanya menguntungkan segelintir elit, tetapi benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas.

Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

Salah satu kekuatan utama masyarakat sipil terletak pada kemampuannya untuk memberdayakan masyarakat akar rumput. Dalam banyak kasus, masyarakat lokal sering kali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait proyek energi hijau di wilayah mereka. Akibatnya, banyak proyek yang gagal karena kurangnya dukungan dari masyarakat setempat.

Masyarakat sipil dapat menjembatani kesenjangan ini dengan melibatkan komunitas lokal dalam proses perencanaan dan pelaksanaan proyek energi. Melalui pendekatan partisipatif, masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga aktor utama dalam keberhasilan transisi energi. Misalnya, inisiatif desa energi mandiri yang diprakarsai oleh masyarakat sipil di beberapa wilayah Indonesia menunjukkan bagaimana partisipasi masyarakat dapat menciptakan solusi energi yang lebih berkelanjutan dan sesuai dengan konteks lokal.

Memastikan Keadilan bagi Kelompok Rentan

Transisi energi hijau sering kali membawa dampak sosial yang signifikan, terutama bagi kelompok masyarakat rentan seperti petani, nelayan, dan buruh. Proyek energi skala besar, seperti pembangunan bendungan untuk tenaga hidro atau pengembangan tambang untuk bahan baku teknologi hijau, sering kali menyebabkan penggusuran dan kehilangan mata pencaharian.

Dalam situasi ini, masyarakat sipil berperan untuk memastikan bahwa hak-hak kelompok rentan tidak diabaikan. Mereka dapat mengadvokasi kompensasi yang adil, menyediakan pelatihan untuk alih keterampilan, atau bahkan mengembangkan model alternatif yang lebih ramah terhadap masyarakat lokal. Dengan cara ini, masyarakat sipil membantu menciptakan transisi energi yang tidak hanya hijau tetapi juga adil.
Tantangan yang Dihadapi Masyarakat Sipil

Meskipun memiliki potensi besar, masyarakat sipil juga menghadapi berbagai tantangan dalam mendorong transisi energi hijau. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya. Banyak organisasi masyarakat sipil yang bergantung pada pendanaan eksternal, yang sering kali bersifat jangka pendek dan terbatas.

Selain itu, masyarakat sipil juga sering menghadapi resistensi dari pemerintah dan korporasi yang melihat mereka sebagai ancaman terhadap status quo. Dalam beberapa kasus, organisasi masyarakat sipil bahkan mengalami kriminalisasi atau pembatasan ruang gerak. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan solidaritas antarorganisasi masyarakat sipil, baik di tingkat lokal maupun internasional.

Menuju Demokratisasi Energi

Salah satu visi besar yang dapat diperjuangkan oleh masyarakat sipil adalah demokratisasi sektor energi. Dalam sistem ini, masyarakat tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga memiliki peran aktif dalam pengelolaan sumber daya energi. Demokratisasi energi dapat diwujudkan melalui pengembangan energi berbasis komunitas, di mana masyarakat lokal memiliki kontrol atas produksi dan distribusi energi di wilayah mereka.

Dengan pendekatan ini, transisi energi tidak hanya menjadi proyek teknokratis, tetapi juga proses sosial yang memperkuat kapasitas masyarakat untuk mengelola sumber daya mereka secara mandiri. Hal ini juga sejalan dengan prinsip keadilan sosial, di mana manfaat dari transisi energi didistribusikan secara merata di seluruh lapisan masyarakat.

Dalam perjalanan menuju transisi energi hijau, masyarakat sipil memainkan peran yang tidak tergantikan. Sebagai penyeimbang antara negara, korporasi, dan masyarakat, mereka memastikan bahwa transisi energi tidak hanya berfokus pada aspek lingkungan tetapi juga menjunjung tinggi prinsip keadilan sosial.

Melalui advokasi kebijakan, pengawasan akuntabilitas, pemberdayaan masyarakat, dan perlindungan hak-hak kelompok rentan, masyarakat sipil membuktikan bahwa mereka adalah pilar utama dalam mewujudkan transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, kekuatan masyarakat sipil dalam mengorganisasi dan memobilisasi masyarakat memberikan harapan bahwa transisi energi hijau dapat menjadi lebih dari sekadar slogan, tetapi sebuah kenyataan yang membawa manfaat bagi semua pihak.

Dengan dukungan dan pengakuan yang lebih luas, masyarakat sipil dapat menjadi ujung tombak dalam mengarahkan transisi energi menuju masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Sumber:

Pergulatan Transisi Energi Berkeadilan, Editor: Geger Riyanto, Bagian 4 Dalam Sub. Judul: Peran Masyarakat Sipil dalam Transisi Energi Berkeadilan: Destabilisasi Rezim dan Memantik Inovasi, penulis Defbry Margiansyah, hal 213-224. Buku ini Diterbitkan oleh: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerja sama dengan Trend Asia, Tahun 2024 di Jakarta.

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • Advokasi Kebijakan
  • Akuntabilitas dan Transparansi
  • Demokratisasi Energi
  • Keadilan Sosial
  • Masyarakat Sipil
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Transisi Energi Hijau
Redaksi Riset Ringan

Previous Article
  • Nalar Sufi
  • Resensi Buku

Kehidupan dan Manifestasi Keagungan Ilahi

  • Oktober 28, 2024
View Post
Next Article
  • Islamic Studies

PHIWM: Jalan Hidup Islami di Tengah Tantangan Modernitas

  • November 23, 2024
View Post

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

You May Also Like
View Post
  • Penerbitan Buku
  • Resensi Buku

Resensi Buku: Meraih Kebahagiaan karya Fadil Mustopa

  • Redaksi Riset Ringan
  • Juli 4, 2025
View Post
  • BILFEST 2025
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Liputan BILFEST 2025

Risalah Ekologis: Ketika Konsep Ekologi Islam Bermanifestasi di Festival Literasi

  • Redaksi Riset Ringan
  • Juni 21, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Liputan BILFEST 2025

Bedah Buku “Risalah Ekologis” di BILFEST 2025: Menyatukan Iman dan Kepedulian Lingkungan

  • Redaksi Riset Ringan
  • Juni 9, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Islamic Studies

Risalah Ekologis: Menyadari Keterkaitan Islam dengan Isu Lingkungan

  • Redaksi Riset Ringan
  • Maret 13, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Kuliah Subuh Ramadhan

Kuliah Subuh: Menjaga Lingkungan sebagai Bentuk Ketakwaan kepada Allah

  • Redaksi Riset Ringan
  • Maret 8, 2025
View Post
  • Reportase
  • Resensi Buku

Meraih Kebahagiaan: Membuka Jalan Menuju Kedamaian Batin dalam Era Modern

  • Redaksi Riset Ringan
  • Februari 26, 2025
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)

Orientasi Pendidikan Gontor dan Perannya di Ranah Sosial

  • Redaksi Riset Ringan
  • Februari 20, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Reportase

Delegasi Al Manar Muhammadiyah Boarding School Pemalang Dalami Ekoliterasi dalam Multi-Faith Ecoliteracy Camp 2025

  • Redaksi Riset Ringan
  • Februari 17, 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos-pos Terbaru
  • Resensi Buku: Meraih Kebahagiaan karya Fadil Mustopa
  • Membaca Buku
  • Ketika Untaian Kata menjadi Doa, Berbisik ke dalam Relung Jiwa
  • Risalah Ekologis: Ketika Konsep Ekologi Islam Bermanifestasi di Festival Literasi
  • Ahmad Tohari dan Seruan Literasi dari Banyumas: Tuan di Negeri Sendiri, Bukan Budak di Tanah Sendiri
Komentar Terbaru
    Arsip
    • Juli 2025
    • Juni 2025
    • Mei 2025
    • April 2025
    • Maret 2025
    • Februari 2025
    • Januari 2025
    • November 2024
    • Oktober 2024
    • September 2024
    • Agustus 2024
    • Juli 2024
    • Juni 2024
    • Mei 2024
    • April 2024
    • Maret 2024
    • Januari 2024
    • Desember 2023
    • November 2023
    • Oktober 2023
    Kategori
    • BILFEST 2025
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • International Article
    • Islam dan Teknologi Informasi
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Kuliah Subuh Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
    • Liputan BILFEST 2025
    • Liputan Khusus
    • Muhammadiyah
    • Nalar Insani
    • Nalar Salim
    • Nalar Sufi
    • Nalar Tafsir
    • Pendidikan (Education)
    • Penerbitan Buku
    • Reportase
    • Resensi Buku
    • Resensi Buku
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Uncategorized
    • Wawancara
    Meta
    • Masuk
    • Feed entri
    • Feed komentar
    • WordPress.org
    Featured Posts
    • 1
      Resensi Buku: Meraih Kebahagiaan karya Fadil Mustopa
      • Juli 4, 2025
    • 2
      Membaca Buku
      • Juli 2, 2025
    • 3
      Ketika Untaian Kata menjadi Doa, Berbisik ke dalam Relung Jiwa
      • Juni 23, 2025
    • 4
      Risalah Ekologis: Ketika Konsep Ekologi Islam Bermanifestasi di Festival Literasi
      • Juni 21, 2025
    • 5
      Ahmad Tohari dan Seruan Literasi dari Banyumas: Tuan di Negeri Sendiri, Bukan Budak di Tanah Sendiri
      • Juni 19, 2025
    Recent Posts
    • BILFEST 2025: Festival Literasi Terbesar Banyumas Siap Digelar, Ini Panduan Lengkapnya!
      • Juni 9, 2025
    • Bedah Buku “Risalah Ekologis” di BILFEST 2025: Menyatukan Iman dan Kepedulian Lingkungan
      • Juni 9, 2025
    • Mukadimah Cinta BILFEST: Setara Membaca, Merdeka Berkarya
      • Juni 9, 2025
    Categories
    • BILFEST 2025 (4)
    • Ekologi (Islamic Ecology) (21)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance) (4)
    • Gerakan Sosial (Social Movement) (23)
    • International Article (2)
    • Islam dan Teknologi Informasi (24)
    • Islamic Studies (40)
    • Isu Perempuan (Woman Issues) (1)
    • Kajian Bahasa (Sastra) (2)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse) (3)
    • Kewarganegaraan (12)
    • Kuliah Subuh Ramadhan (4)
    • Kultum Ramadhan (4)
    • Liputan BILFEST 2025 (5)
    • Liputan Khusus (4)
    • Muhammadiyah (1)
    • Nalar Insani (24)
    • Nalar Salim (21)
    • Nalar Sufi (7)
    • Nalar Tafsir (1)
    • Pendidikan (Education) (32)
    • Penerbitan Buku (6)
    • Reportase (12)
    • Resensi Buku (13)
    • Resensi Buku (12)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies) (4)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology) (25)
    • Uncategorized (7)
    • Wawancara (1)

    Subscribe

    Subscribe now to our newsletter

    ALFUWISDOM
    CV. ALFUWISDOM MITRA PRIMA

    Input your search keywords and press Enter.