Risalah Ekologis: Ketika Konsep Ekologi Islam Bermanifestasi di Festival Literasi
PURWOKERTO – Alfuwisdom.com- Peluncuran buku Risalah Ekologis: Catatan Awal Mengenai Islam dan Isu Lingkungan menjadi salah satu sorotan utama dalam rangkaian Banyumas International Literacy Festival (BILFEST) 2025. Bertempat di Hetero Space Purwokerto, Kamis, 12 Juni 2025, pukul 13.00–15.00 WIB, acara ini menghadirkan percakapan penting seputar krisis lingkungan dari sudut pandang teologis Islam.
Alvin Qodri Lazuardy, penulis buku sekaligus pegiat Ekoliterasi dari sebuah wadah gerakan literasi bernama Alfuwisdom, tampil dengan tenang di hadapan hadirin. Di sampingnya, Ilham Rabbani, tuan rumah acara dan penggiat komunitas literasi lokal Banyumas dan seorang sastrawan, memandu diskusi yang berlangsung intim namun bernas.
Buku yang diluncurkan bukan sekadar hasil telaah ekologi biasa. Risalah Ekologis mencoba menyigi kerusakan bumi bukan hanya dari dimensi lingkungan, tapi juga dari ruang krisis batin manusia. “Buku ini adalah pengingat. Ia mengetuk sisi spiritual kita bahwa cinta terhadap bumi adalah bagian dari Ibadah kepada Tuhan,” ujar Alvin dalam paparannya.
Ekoteologi di Tengah Krisis Iklim
Mengapa bumi hanya dianggap sebagai objek eksploitasi? Mengapa kesalehan individual seringkali lepas dari kepedulian ekologis? Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi dasar dari buku yang memadukan ayat-ayat Al-Qur’an dengan kritik atas modernitas yang rakus sumber daya.
Salah satu ayat yang menjadi fondasi argumen buku ini adalah QS. Al-Hijr: 19—yang menjelaskan bahwa segala sesuatu di bumi diciptakan dalam keseimbangan. Alvin menafsirkan bahwa kerusakan ekologis adalah hasil dari ketidakseimbangan manusia dengan alam.
Literasi Hijau dan Perlawanan Literasi
Gelaran BILFEST yang didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kemenpora, EKRAF, hingga sejumlah penerbit nasional seperti Grasindo dan Omera Pustaka, menjadi ruang penting bagi percakapan literasi yang lebih inklusif, kritis dan kontekstual. Tema lingkungan dalam bingkai literasi Islam menjadi satu narasi yang jarang disentuh, tapi mendesak.
Peluncuran ini juga menjadi bagian dari bazar buku yang digelar sejak 12 hingga 18 Juni 2025 di area festival. Buku-buku bertema pemikiran Islam, cerpen, hingga puisi turut dipamerkan dalam bazar yang terbuka untuk umum.
Suara Sunyi dari Daerah
Banyumas, yang selama ini dikenal sebagai tanah sastra Ahmad Tohari, kini kembali menggeliat dengan warna literasi baru—yang tak hanya estetik, tapi juga ekologis dan transformatif. “BILFEST bukan sekadar festival buku, tapi sebuah cita-cita masa depan Banyumas mapan dengan budaya literasi yang akan kita wariskan,”, begitu Alvin memberikan respons ternyata agenda besar ini.
Peluncuran buku Risalah Ekologis menjadi pengingat bahwa literasi bukan hanya soal baca-tulis, tapi juga tentang kesadaran menjaga lingkungan hidup: bahwa menyelamatkan bumi adalah bentuk dari menyelamatkan jiwa manusia itu sendiri. Sekaligus sebagai pernyataan diri bahwa manusia menjadi Khalifah Fil Ardi amanah Sang Ilahi.
(Redaksi Alfuwisdom.com)