• Panduan Kirim Naskah
  • Tentang Alfuwisdom
  • LIPUTAN BILFEST 2025
  • Sehimpun Gagasan
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
Rubrik
  • BILFEST 2025
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan BILFEST 2025
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Penerbitan Buku
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
ALFUWISDOM
ALFUWISDOM
  • Panduan Kirim Naskah
  • Tentang Alfuwisdom
  • LIPUTAN BILFEST 2025
  • Sehimpun Gagasan
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • BILFEST 2025
  • Liputan BILFEST 2025

Mukadimah Cinta BILFEST: Setara Membaca, Merdeka Berkarya

  • Juni 9, 2025
  • 3 minute read
Total
0
Shares
0
0
0

Mukadimah Cinta BILFEST

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy | Direktur Alfuwisdom Publishing, alfuwisdom.com

Di Banyumas, membaca bukan budaya yang marak dirayakan. Menulis pun tak serta-merta dijadikan cita-cita. Di daerah yang dikenal dengan lugu dan sederhana ini, toko buku menutup pintu satu per satu. Perpustakaan daerah sepi pengunjung, bahkan ketika digratiskan. Dan yang paling mencemaskan: ruang-ruang bagi anak muda untuk tampil dan menyatakan pikirannya begitu sempit, nyaris tak tersedia.

Banyumas bukan Jakarta yang memiliki ratusan event buku setiap tahun. Bukan Yogyakarta yang punya ekosistem seniman dan pelapak buku jalanan di setiap simpang. Juga bukan Bandung, yang dengan mudah melahirkan komunitas sastra dan buku indie tiap bulan. Banyumas adalah pinggiran dari pinggiran.

Namun, dari ruang sunyi itu, sebuah gagasan besar lahir. Ia datang tidak dari institusi negara atau modal besar, melainkan dari keresahan kolektif sekelompok anak muda. Mereka sadar satu hal penting: bahwa literasi di Banyumas bukan tidak mungkin tumbuh. Ia hanya belum diberi ruang untuk berakar.

Lalu, dengan segala keterbatasan, mereka merancang sebuah langkah bernama Banyumas Iliterasi Festival—disingkat BILFEST.

BILFEST: Menjawab Sunyi dengan Aksi

BILFEST bukan sekadar festival buku atau pameran karya. Ia adalah respons. Sebuah reaksi kultural terhadap ketimpangan akses, terhadap sunyinya diskusi, dan sempitnya ruang ekspresi anak muda di daerah.

“Kami tahu, membuat festival literasi di tempat yang belum ramah terhadap literasi adalah keputusan gila,” ujar salah satu penggagasnya. “Tapi kami lebih takut jika tak ada satu pun yang mencoba.”

Gagasan BILFEST berangkat dari kepercayaan bahwa literasi tidak boleh jadi hak eksklusif kota-kota besar. Anak-anak muda di Banyumas juga berhak membaca buku bagus, berdiskusi soal gagasan, mendengar pertunjukan puisi, atau melihat seni instalasi yang menggugah imajinasi. Mereka pun berhak menulis, mencipta, dan menyuarakan isi kepala tanpa harus selalu “menjadi orang Jakarta”.

BILFEST: Literasi Sebagai Ruang Hidup, Bukan Sekadar Tugas Sekolah

BILFEST dibangun dengan filosofi sederhana namun kuat: literasi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bukan hanya soal bisa membaca, tapi juga mampu memahami, mengkritik, mencipta, dan mengekspresikan.

Karenanya, festival ini menghadirkan pendekatan multidimensi terhadap literasi. Ada buku, tentu. Tapi juga ada seni rupa, musik, pertunjukan teater, instalasi interaktif, hingga diskusi yang mempertemukan seniman lokal dan penulis nasional. Semua dibingkai dalam atmosfer yang menyenangkan, penuh ruang bermain dan bergaul.

Pendekatan ini penting karena mayoritas anak muda hari ini bersentuhan dengan budaya populer lebih dulu daripada dengan buku. Maka, BILFEST memutuskan untuk tidak menghakimi selera, tapi justru menggunakan budaya populer sebagai pintu masuk. Komik, zine, bazar kreatif, hingga pertunjukan musik indie dihadirkan untuk membangun jembatan antara generasi muda dan dunia literasi.

BILFEST: Dari Komunitas ke Kolaborasi: Siapa Saja yang Terlibat?

BILFEST bukan kerja satu-dua kepala. Ia adalah orkestrasi dari berbagai elemen: komunitas buku independen, penggiat literasi desa, pelajar SMA, mahasiswa kampus lokal, guru bahasa, penerbit kecil, dan pengelola taman baca. Dalam satu panggung kolaboratif, semua diundang tampil. Semua dianggap setara.

“Kami tidak membeda-bedakan antara ‘penulis terkenal’ dan ‘anak muda yang baru bikin puisi sekali’. Semua bisa berbicara di panggung BILFEST,” kata panitia acara. Prinsip kesetaraan ini bukan gimmick, tapi roh utama. Literasi yang merdeka dimulai dari ruang yang inklusif.

BILFEST juga menggandeng sekolah-sekolah dari berbagai level dan latar belakang. Mereka tidak hanya datang sebagai penonton, tapi juga menjadi pengisi acara, peserta workshop, bahkan kurator mini-pameran.

BILFEST: “1 Anak 1 Buku Cerita”: Dari Festival ke Gerakan

Tak ingin festival hanya jadi seremonial, BILFEST juga meluncurkan program konkret: “1 Anak 1 Buku Cerita”. Tujuannya sederhana: setiap anak di Banyumas memiliki setidaknya satu buku bacaan yang berkualitas.

Buku-buku ini dikumpulkan dari donatur, penerbit, serta hasil kerja sama dengan sekolah dan komunitas. Nantinya akan didistribusikan ke pelosok desa, taman baca, hingga sekolah-sekolah nonformal. Gerakan ini digagas sebagai bentuk distribusi ulang akses literasi: dari pusat ke pinggiran.

Program ini bukan sekadar donasi. Ia adalah deklarasi bahwa literasi adalah hak dasar, bukan hak istimewa. Lewat gerakan ini, BILFEST ingin melibatkan seluruh ekosistem: dari masyarakat sipil, sektor swasta, hingga lembaga pemerintah.

BILFEST: Banyumas (Akan) Membaca

BILFEST barangkali tak semegah Ubud Writers Festival. Ia tak disokong sponsor korporat besar, juga belum diliput stasiun TV nasional. Tapi justru di sanalah kekuatannya.

Ia jujur. Ia lahir dari keresahan nyata dan harapan yang riil. Ia tumbuh dari semangat komunitas, bukan dari proyek kertas kerja. Dan yang paling penting: ia membawa harapan baru bagi wajah literasi di pinggiran.

Banyumas belum sepenuhnya membaca. Tapi lewat BILFEST, sebuah mukaddimah cinta telah ditulis. Tentang bagaimana membaca dan berkarya tak harus menunggu diakui pusat. Bahwa dari pinggiran pun, kita bisa menulis sejarah.

Dan seperti kata mereka di pengujung agenda pra-festival: “Kami percaya, kesetaraan literasi adalah pondasi bagi kemerdekaan berkarya.”

Red. alfuwisdom.com

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • #sekolah
  • Banyumas
  • BILFEST2025
  • Hetero Space Banyumas
  • Literaasi
  • Literasi Ekologi
  • Membaca
Redaksi Riset Ringan

Previous Article
  • Penerbitan Buku

Mencatatkan Diri dengan Legasi Literasi

  • Juni 3, 2025
View Post
Next Article
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Liputan BILFEST 2025

Bedah Buku “Risalah Ekologis” di BILFEST 2025: Menyatukan Iman dan Kepedulian Lingkungan

  • Juni 9, 2025
View Post

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

You May Also Like
View Post
  • BILFEST 2025
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Liputan BILFEST 2025

Risalah Ekologis: Ketika Konsep Ekologi Islam Bermanifestasi di Festival Literasi

  • Redaksi Riset Ringan
  • Juni 21, 2025
View Post
  • BILFEST 2025
  • Liputan BILFEST 2025
  • Liputan Khusus

Ahmad Tohari dan Seruan Literasi dari Banyumas: Tuan di Negeri Sendiri, Bukan Budak di Tanah Sendiri

  • Redaksi Riset Ringan
  • Juni 19, 2025
View Post
  • BILFEST 2025
  • Liputan BILFEST 2025

BILFEST 2025: Festival Literasi Terbesar Banyumas Siap Digelar, Ini Panduan Lengkapnya!

  • Redaksi Riset Ringan
  • Juni 9, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Liputan BILFEST 2025

Bedah Buku “Risalah Ekologis” di BILFEST 2025: Menyatukan Iman dan Kepedulian Lingkungan

  • Redaksi Riset Ringan
  • Juni 9, 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

ALFUWISDOM
CV. ALFUWISDOM MITRA PRIMA

Input your search keywords and press Enter.