Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Nalar Salim
    • Nalar Insani
    • Nalar Sufi
    • Nalar Tafsir
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Liputan Khusus
  • Pendidikan (Education)
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Wawancara
  • Kirim Tulisan
Rubrik
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
Riset Ringan Riset Ringan
Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kategori
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • Kirim Tulisan
  • Gerakan Sosial (Social Movement)

Orientasi Pendidikan Gontor dan Perannya di Ranah Sosial

  • February 20, 2025
  • Redaksi Riset Ringan
Total
0
Shares
0
0
0

Orientasi Pendidikan Gontor dan Perannya di Ranah Sosial

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy/ Alumni Gontor 2014 & UNIDA GONTOR 2018

Orientasi Pendidikan Gontor

Setiap lembaga pendidikan memiliki orientasi yang menjadi pedoman utama dalam menjalankan visi dan misinya. Di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), orientasi ini dirumuskan dalam empat prinsip utama yang menjadi fondasi dalam membentuk karakter santri. Keempat orientasi ini tidak hanya mengarahkan sistem pendidikan di Gontor, tetapi juga mempersiapkan santri agar mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat.

Kemasyarakatan. Gontor menanamkan nilai kemasyarakatan sebagai bagian dari totalitas kehidupan santri di lingkungan pesantren. Santri dibiasakan hidup dalam keberagaman dan dilatih untuk berkomunikasi aktif dengan sesama. Pola hidup ini membentuk mereka agar terbiasa menghadapi dinamika sosial dan tidak merasa canggung saat kembali ke masyarakat. Sebagai penjaga “Adab,” santri diharapkan dapat berperan sebagai guru mengaji, imam masjid, maupun pendidik di sekolah Islam dan umum. Pengalaman interaksi yang diperoleh selama di pesantren menjadi bekal penting bagi mereka dalam mengemban peran ini.

Hidup Sederhana. Kesederhanaan merupakan prinsip hidup yang diajarkan di Gontor. Namun, kesederhanaan di sini bukan berarti kemiskinan, melainkan hidup yang cukup, bersih, dan jujur. Kehidupan yang berlebihan tanpa rasa syukur justru bertentangan dengan nilai ini. Seperti yang pernah disampaikan oleh Kyai Imam Zarkasyi dalam Seminar Pondok Modern se-Indonesia di Yogyakarta pada 4-7 Juli 1965: “Biasakanlah hidup sederhana, niscaya kita akan hidup bahagia, dan dapat menghadapi masa depan dengan kepala tegak, tidak ada rasa cemas atau takut.” Oleh karena itu, santri dididik agar tidak bergantung pada kemewahan, melainkan menanamkan kemandirian dan ketenangan dalam setiap aspek kehidupannya.

Tidak Berpartai. Gontor menegaskan bahwa pendidikannya tidak terikat dengan partai politik atau golongan tertentu. Dengan mengusung motto “Pondok berdiri di atas dan untuk semua golongan”, santri diajarkan untuk menjadi perekat umat, bukan pemecahnya. Sikap netral ini ditanamkan agar santri dapat menjaga ukhuwah Islamiyah dan menghindari fanatisme politik yang dapat menghambat persatuan umat Islam.

Mencari Ilmu Lillahi Ta’ala. Orientasi utama seorang santri dalam menempuh pendidikan di Gontor adalah tholabul ilmi—menuntut ilmu demi Allah. Pendidikan di pesantren ini bukan sekadar persiapan mencari pekerjaan, tetapi sebagai jalan untuk memperoleh keberkahan dan pengabdian kepada umat. Kyai Imam Zarkasyi menegaskan bahwa mereka yang datang ke pondok dengan niat tulus mencari ilmu akan diarahkan oleh Allah menuju jalan terbaik dalam kehidupannya.

Perannya di Ranah Sosial

Pondok Modern Darussalam Gontor tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai laboratorium kehidupan sosial. Di dalamnya, santri tidak hanya belajar dalam ruang kelas, tetapi juga mengalami berbagai interaksi sosial melalui komunitas asrama, organisasi, pramuka, kesenian, olahraga, hingga kepanitiaan. Setiap kegiatan yang dijalankan bukan sekadar aktivitas tambahan, melainkan bagian dari proses pendidikan yang membentuk karakter dan keterampilan sosial santri.

Kehidupan santri di Gontor tersusun dalam ritme yang padat dan sistematis, mulai dari agenda harian hingga program tahunan. Setelah satu agenda selesai, agenda berikutnya telah menanti, menciptakan siklus pembelajaran yang terus berkelanjutan. Pola pendidikan ini menanamkan kedisiplinan, keterampilan manajemen waktu, serta rasa tanggung jawab dalam mengelola berbagai aktivitas. Dengan demikian, santri tidak hanya terlatih untuk mandiri, tetapi juga memiliki kesadaran akan pentingnya peran individu dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

Lebih dari sekadar membiasakan diri dalam kehidupan sosial, Gontor menanamkan pada santri bahwa pendidikan yang mereka terima harus diwujudkan dalam kontribusi nyata kepada masyarakat. Masyarakat bukan sekadar tempat mencari penghidupan, tetapi medan perjuangan untuk membawa perubahan. Sejalan dengan ajaran Kyai Imam Zarkasyi, santri memiliki tiga peran utama di tengah masyarakat: Mujahidin (pejuang di jalan Allah), Muballighin (penyebar dakwah Islam), dan Mu’allimin (pendidik). Ketiga peran ini bukan sekadar teori, tetapi pedoman nyata dalam menjalankan misi dakwah dan pengabdian kepada umat.

Konsep “menyerbu masyarakat” yang diperkenalkan oleh Kyai Imam Zarkasyi bukanlah sekadar slogan, melainkan sebuah amanat besar. Kata “menyerbu” dalam konteks ini menggambarkan pergerakan aktif dan progresif, di mana santri tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat, tetapi juga bertindak sebagai agen perubahan. Mereka diharapkan berada di garis depan dalam menegakkan nilai-nilai Islam (li i’laai kalimatillah), sekaligus berperan dalam meningkatkan kesejahteraan umat dan memajukan bangsa.

Menjadi santri bukanlah perjalanan yang mudah, melainkan proses panjang yang menuntut ketekunan, ketangguhan, dan keikhlasan. Ilmu yang diperoleh di pesantren tidak boleh berhenti sebagai bekal pribadi semata, tetapi sampai pada pengamalan demi kemaslahatan umat. Setiap langkah kecil yang diambil para santri merupakan bagian dari perjuangan besar dalam membangun kehidupan dan mendidik kehidupan lebih baik.

Referensi:

  1. KH. Imam Zarkasyi, Diktat Pekan Perkenalan Khutbatul Arsy PM. Darussalam Gontor
  2. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, Bekal Pemimpin
  3. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren
  4. Ahmad Suharto, Melacak Akar Filosofis Pendidikan Gontor: Syajarah Thoyyibah Gontor
  5. Ahmad Suharto, Ayat-Ayat Perjuangan
Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • Kontribusi Sosial
  • Nilai Keislaman
  • Pendidikan Islam
  • Pesantren Modern
  • Santri Gontor
Redaksi Riset Ringan

Previous Article
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Reportase

Delegasi Al Manar Muhammadiyah Boarding School Pemalang Dalami Ekoliterasi dalam Multi-Faith Ecoliteracy Camp 2025

  • February 17, 2025
  • Redaksi Riset Ringan
View Post
Next Article
  • Reportase
  • Resensi Buku

Meraih Kebahagiaan: Membuka Jalan Menuju Kedamaian Batin dalam Era Modern

  • February 26, 2025
  • Redaksi Riset Ringan
View Post
You May Also Like
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Reportase

Delegasi Al Manar Muhammadiyah Boarding School Pemalang Dalami Ekoliterasi dalam Multi-Faith Ecoliteracy Camp 2025

  • Redaksi Riset Ringan
  • February 17, 2025
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)

Refleksi Nisyfu Sya’ban: Dari Ritual Hingga Sosial

  • Redaksi Riset Ringan
  • February 14, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Resensi Buku

Masyarakat Sipil dan Transisi Energi Hijau

  • Redaksi Riset Ringan
  • November 21, 2024
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Islamic Studies
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)

Islam sebagai Rahmat untuk Semesta

  • Redaksi Riset Ringan
  • October 27, 2024
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Kewarganegaraan

Menjaga Marwah Persyarikatan dalam Konstelasi PILKADA

  • Redaksi Riset Ringan
  • October 17, 2024
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)

Islam sebagai Panduan Kehidupan Sosial

  • Redaksi Riset Ringan
  • October 12, 2024
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Kewarganegaraan
  • Nalar Salim

Pascaperistiwa G30S/PKI: Misi Kristenisasi dan Respon Dakwah

  • Redaksi Riset Ringan
  • October 1, 2024
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Resensi Buku

Transisi Energi: Antara Peluang dan Acanaman Ketidakadilan

  • Redaksi Riset Ringan
  • September 8, 2024

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

Riset Ringan Riset Ringan
Artikel Ringan dan Bernas

Input your search keywords and press Enter.