• Panduan Kirim Naskah
  • Tentang Alfuwisdom
  • LIPUTAN BILFEST 2025
  • Sehimpun Gagasan
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
Rubrik
  • BILFEST 2025
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan BILFEST 2025
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Penerbitan Buku
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
ALFUWISDOM
ALFUWISDOM
  • Panduan Kirim Naskah
  • Tentang Alfuwisdom
  • LIPUTAN BILFEST 2025
  • Sehimpun Gagasan
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • Nalar Insani

Meraih Kemenangan

  • April 1, 2025
  • 3 minute read
Total
0
Shares
0
0
0

Meraih Kemenangan Hakiki di Hari Raya Idul Fitri

Oleh: Bayu Dwi Cahyono, M.Pd/ LPPI UM Purwokerto, Dosen FAI UMP

Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum besar bagi umat Islam. Lebaran tidak hanya menjadi ajang silaturahmi dan berbagi kebahagiaan, tetapi juga momen untuk merenungkan hakikat kemenangan yang sesungguhnya. Setelah sebulan penuh menahan lapar, dahaga, serta berbagai godaan nafsu, tibalah saatnya bagi setiap Muslim untuk merayakan keberhasilan dalam mengendalikan diri dan meningkatkan ketakwaan.

Dalam khutbah Idul Fitri yang disampaikan, terdapat pesan yang mendalam tentang makna kemenangan. Bukan sekadar kemenangan dalam menahan lapar dan haus, melainkan kemenangan dalam menundukkan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas ibadah. Idul Fitri sejatinya mengembalikan kita kepada fitrah, yaitu keadaan suci sebagaimana saat kita dilahirkan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kembali kepada Kesucian

Makna Idul Fitri bukan hanya tentang kembali berbuka setelah sebulan berpuasa, tetapi juga kembali kepada kesucian jiwa. Dalam prosesnya, Ramadhan melatih kita untuk mengendalikan hawa nafsu dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan Allah. Ketika takbir berkumandang, kita diingatkan bahwa segala kebesaran dan kejayaan hanyalah milik Allah. Umat Islam diminta untuk bersyukur dan tetap rendah hati dalam kemenangan ini.

Namun, apakah kemenangan itu hanya untuk hari ini? Apakah selesai setelah kita melaksanakan shalat Id dan bersilaturahmi? Tentu tidak. Kemenangan sejati justru harus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari. Kemenangan bukanlah sekadar perayaan, melainkan sebuah awal untuk menjaga kebaikan yang telah diperoleh selama Ramadhan.

Menjadi Muslim yang Lebih Baik

Idul Fitri seharusnya menjadi titik balik bagi setiap Muslim untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Allah telah memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri, dan Ramadhan adalah madrasah terbaik untuk menempa keimanan. Kebiasaan baik yang telah dibangun, seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan menahan amarah, seharusnya tetap dijaga meskipun Ramadhan telah berakhir.

Seorang Muslim yang benar-benar meraih kemenangan adalah mereka yang dapat menjaga ibadahnya secara konsisten. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, mari kita bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita akan tetap melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu? Apakah kita masih akan membaca Al-Qur’an setiap hari? Apakah kita akan tetap menjaga lisan dan hati dari hal-hal yang buruk? Jika jawaban kita adalah “ya,” maka itulah tanda kemenangan sejati.

Mengokohkan Silaturahmi dan Kepedulian Sosial

Idul Fitri juga menjadi momen untuk mempererat silaturahmi dan menumbuhkan kepedulian sosial. Islam mengajarkan bahwa kemenangan tidak hanya bersifat individual, tetapi juga harus dirasakan oleh sesama. Zakat fitrah yang diwajibkan sebelum Idul Fitri adalah salah satu bentuk kepedulian Islam terhadap kaum fakir dan miskin. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Puasa seseorang tergantung antara langit dan bumi, tidak diangkat kecuali dengan zakat fitrah.” (HR. Abu Dawud)

Pesan ini mengajarkan bahwa puasa kita belum sempurna jika kita tidak memiliki kepedulian terhadap sesama. Oleh karena itu, Idul Fitri harus menjadi sarana untuk berbagi kebahagiaan, baik dengan keluarga, tetangga, maupun mereka yang membutuhkan.

Silaturahmi adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan di hari kemenangan ini. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, momen ini harus digunakan untuk saling memaafkan, melupakan dendam, dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Jangan sampai kita terjebak dalam formalitas Lebaran tanpa makna, di mana hanya sekadar saling bersalaman tanpa ketulusan hati.

Melanjutkan Semangat Ramadhan

Ramadhan mengajarkan kita untuk bersabar, menahan amarah, dan meningkatkan ibadah. Jika nilai-nilai ini tetap dipertahankan setelah Ramadhan, maka kita telah meraih kemenangan yang sesungguhnya. Sebaliknya, jika setelah Ramadhan kita kembali kepada kebiasaan buruk, maka kita telah menyia-nyiakan pelajaran yang diberikan Allah selama sebulan penuh.

Mari kita evaluasi diri: Apakah kita menjadi lebih sabar setelah Ramadhan? Apakah kita lebih peduli terhadap sesama? Apakah kita lebih dekat dengan Allah? Jika jawabannya adalah “ya,” maka kita benar-benar telah kembali kepada fitrah yang sesungguhnya.

Penutup

Idul Fitri bukan hanya perayaan, melainkan momentum untuk meneguhkan kembali komitmen sebagai Muslim yang lebih baik. Kemenangan sejati bukan hanya diukur dari keberhasilan menahan lapar dan haus selama Ramadhan, tetapi juga dari kemampuan untuk mempertahankan amal ibadah dan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan keberkahan Idul Fitri, kembali dalam keadaan suci, serta mampu menjaga semangat kebaikan yang telah dibangun selama Ramadhan. Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin. Selamat merayakan kemenangan dengan penuh makna!

Wallahu a’lam bish-shawab.

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • Kembali ke Fitrah di Hari Raya
  • Kemenangan Idul Fitri
  • Khutbah Idul Fitri
  • Makna
  • Menjaga Ibadah
  • Ramadhan
  • Silaturahmi dan Kepedulian Sosial
Redaksi Riset Ringan

Previous Article
  • Nalar Insani

Untukmu yang Suka Mengukur Orang Lain dengan Bajumu

  • Maret 29, 2025
View Post
Next Article
  • Nalar Salim
  • Pendidikan (Education)

Pendidikan Islam: Cahaya Pencerahan dan Pembebasan

  • Mei 2, 2025
View Post

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

You May Also Like
View Post
  • Nalar Insani

Untukmu yang Suka Mengukur Orang Lain dengan Bajumu

  • Redaksi Riset Ringan
  • Maret 29, 2025
View Post
  • Islamic Studies
  • Nalar Insani
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)

Peradaban Islam dan Ilmu

  • Redaksi Riset Ringan
  • Januari 17, 2025
View Post
  • Nalar Insani
  • Resensi Buku

Psiko-Qur’ani-Kebahagiaan Dan Mental Illness

  • Redaksi Riset Ringan
  • Januari 13, 2025
View Post
  • Nalar Insani

Fragmen-Fragmen Kehidupan: Sebuah Refleksi Perjalanan

  • Redaksi Riset Ringan
  • November 29, 2024
Budaya Ilmu adalah pondasi sebuah peradaban, dan Islam adalah peradaban yang dilandasi oleh Ilmu dan budayanya.
View Post
  • Islamic Studies
  • Nalar Insani
  • Pendidikan (Education)

Budaya Ilmu dalam Islam: Pilar Peradaban dan Identitas Umat

  • Redaksi Riset Ringan
  • September 29, 2024
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Kewarganegaraan
  • Nalar Insani
  • Pendidikan (Education)

Pendidikan Islam dan Perlawanan Terhadap Kebodohan

  • Redaksi Riset Ringan
  • Agustus 17, 2024
View Post
  • Nalar Insani
  • Pendidikan (Education)
  • Resensi Buku

Bekal Untuk Pemimpin: Jalan Kaderisasi Pemimpin Umat

  • Redaksi Riset Ringan
  • Agustus 1, 2024
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Islamic Studies
  • Nalar Insani

Manusia dan Alam

  • Redaksi Riset Ringan
  • Juli 12, 2024

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

ALFUWISDOM
CV. ALFUWISDOM MITRA PRIMA

Input your search keywords and press Enter.