Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Nalar Salim
    • Nalar Insani
    • Nalar Sufi
    • Nalar Tafsir
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Liputan Khusus
  • Pendidikan (Education)
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Wawancara
  • Kirim Tulisan
Rubrik
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
Riset Ringan Riset Ringan
Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kategori
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • Kirim Tulisan
  • Nalar Insani

Membunuh Pembunuh Karakter

  • June 4, 2024
  • Redaksi Riset Ringan
Total
0
Shares
0
0
0

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy/ Penulis Buku & Praktisi Pendidikan

 A: “Oh sekarang si Fulan itu bersama kamu ya?”

B: “Iya…, benar…”

A: Bagaimana si Fulan?

B: “Bagus kok dia..”

A: “Oh, Kamu belum tau saja karakter aslinya…”

Begitu mungkin jamak percakapan dua manusia yang terjun dalam dunia karir ataupun lebih luas dinamika kehidupan. Secara ideal, manusia adalah mahluk sosial, mahluk interaktif dan mahluk komunikatif,.  Manusia dilhami dengan penalaran yang sangat menjadi pembeda dengan mahluk lainnya, seperti hewan; sapi, kerbau atau anjing, misalnya.

Nalar ini, manusia gunakan untuk memberikan persepsi, hipotesa, analisa bahkan sampai pada prasangka. Kalau mengatakan prasangka lebih seksis­-nya disandingkan dengan kata buruk, menjadi “prasangka buruk”.

Fa alhamahaa Fujurohaa Wa Taqwahaa, begitu firman Allah dalam Al-Qur’an. Manusia itu diilhami dengan dorongan fujur dan dorongan taqwa. Atas pemberian secara natural ini, maka manusia dipandu dengan diin (Agama) yang menjadi nasihat, addiinu huwa mau’izhoh. Dengan harapan, manusia mampu menekan sekuat-kuatnya unsur “fujur” itu. Sehingga yang muncul dan Nampak adalah unsur “taqwa”-nya. Begitu si kalau bicara idealitas.

Nah, ini sekarang bicara realitas. Pada faktanya ada saja manusia psikopat karakter yang hobinya membunuh karakter orang lain, dengan dorongan sifat hasad, iri, dengkinya. Gelagaknya formalitas di depan muka, namun dibelakang bagai belati yang mencabik-cabik penuh luka. Tidak berlebihan diksi ini, karena dalam Qur’an mentamsilkan hal ini seperti manusia yang memakan daging saudaranya sesama manusia. Ya memang begitu, diksi yang cocok untuk “Sang Pembunuh Karakter”.

Mungkin, Kita akan berjumpa macam manusia “Pembunuh” ini, cara jitu untuk membunuh pembunuh karakter adalah patahkan persepsi, hipotesa, analisa serta prasangka buruk yang menjadi motor penggerak si pembunuh dengan membuktikan segala fakta yang ada. Tampilkan, kebaikan, progress, kinerja serta outcome yang jelas dengan berkualitas tanpa banalitas.

Jangan lupa, tetap akui jika diri kita memang pasti ada kurangnya. Setebal-tebalnya daging ikan tengiri tetap jua ada durinya. Sebaik-sebaiknya kita (jika memang baik) pasti pulalah ada buruknya. Maka ke-inshof-an diri harus tetap dihidupkan atas berbagai kekurangan.

Untuk itu, cara membunuh pembunuh karakter adalah dengan kita tampilkan kebalikan apa yang mereka duga dan mereka prasangkakan. Jika memang diri pernah berbuat salah maka patahkan dengan tidak akan pernah mengulangi lagi dan berbuat lebih baik lagi. Semudah itu konsep-praktinya.

Namun, bagaimana jika menemukan entitas manusia “bebalisme”, ya cukup gunakan pedoman ini saja. “Ridhon Naasi Ghoyatun Laa Tudrak”, Membuat semua manusia legowo itu adalah tujuan yang tidak akan tercapai, atau mungkin “Tarkul Jawabi Alal Jahili Jawabun”, tidak menjawab orang bodoh adalah sebuah jawaban. Tingggalkan, bergeraklah!, sampaikannlah kebaikan dan terus berjuang!. Pembunuh Karakter akan terbunuh dengan kontribusimu dan kebaikanmu. Maka bunuhlah sang pembunuh karakter dengan aksi bukan sekadar diksi apalagi hanya bicara sana-sini.

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • Dengki
  • Hasud
  • Iri
  • Jiwa
  • Karakter
  • Pembunuh
  • Pembunuh Karakter
Redaksi Riset Ringan

Previous Article
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Kewarganegaraan

Sampah Itu Manja

  • May 27, 2024
  • Redaksi Riset Ringan
View Post
Next Article
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Reportase
  • Wawancara

SMP AT TIN UMP Hadir dalam Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di KLHK, Jakarta!

  • June 5, 2024
  • Redaksi Riset Ringan
View Post
You May Also Like
View Post
  • Nalar Insani

Meraih Kemenangan

  • Redaksi Riset Ringan
  • April 1, 2025
View Post
  • Nalar Insani

Untukmu yang Suka Mengukur Orang Lain dengan Bajumu

  • Redaksi Riset Ringan
  • March 29, 2025
View Post
  • Islamic Studies
  • Nalar Insani
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)

Peradaban Islam dan Ilmu

  • Redaksi Riset Ringan
  • January 17, 2025
View Post
  • Nalar Insani
  • Resensi Buku

Psiko-Qur’ani-Kebahagiaan Dan Mental Illness

  • Redaksi Riset Ringan
  • January 13, 2025
View Post
  • Nalar Insani

Fragmen-Fragmen Kehidupan: Sebuah Refleksi Perjalanan

  • Redaksi Riset Ringan
  • November 29, 2024
Budaya Ilmu adalah pondasi sebuah peradaban, dan Islam adalah peradaban yang dilandasi oleh Ilmu dan budayanya.
View Post
  • Islamic Studies
  • Nalar Insani
  • Pendidikan (Education)

Budaya Ilmu dalam Islam: Pilar Peradaban dan Identitas Umat

  • Redaksi Riset Ringan
  • September 29, 2024
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Kewarganegaraan
  • Nalar Insani
  • Pendidikan (Education)

Pendidikan Islam dan Perlawanan Terhadap Kebodohan

  • Redaksi Riset Ringan
  • August 17, 2024
View Post
  • Nalar Insani
  • Pendidikan (Education)
  • Resensi Buku

Bekal Untuk Pemimpin: Jalan Kaderisasi Pemimpin Umat

  • Redaksi Riset Ringan
  • August 1, 2024

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

Riset Ringan Riset Ringan
Artikel Ringan dan Bernas

Input your search keywords and press Enter.