Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Nalar Salim
    • Nalar Insani
    • Nalar Sufi
    • Nalar Tafsir
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Liputan Khusus
  • Pendidikan (Education)
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Wawancara
  • Kirim Tulisan
Rubrik
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
Riset Ringan Riset Ringan
Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kategori
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • Kirim Tulisan
  • Nalar Sufi
  • Resensi Buku

Enam Rumus Kebahagiaan Dalam Fikrah Ki Ageng Suryomentaram

  • October 24, 2024
  • Redaksi Riset Ringan
Total
0
Shares
0
0
0

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd/ Mudir Pesantren At-Tin UMP

Dalam hidup, kita sering merasa bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang rumit atau jauh dari jangkauan. Padahal, mungkin kebahagiaan tidak terletak pada hal-hal yang besar atau pencapaian yang muluk-muluk, melainkan pada kesederhanaan dan kejujuran dalam menjalani hidup. Salah satu panduan sederhana yang bisa kita terapkan untuk meraih kebahagiaan adalah konsep 6S: sakbutuhe, sakperlune, sakcukupe, sakbenere, sakmesthine, dan sakpenake. Melalui enam prinsip ini, kita dapat menemukan cara hidup yang lebih damai, terarah, dan tentunya, lebih bahagia.

Konsep pertama, sakbutuhe, mengajak kita untuk hidup sesuai kebutuhan. Sering kali kita terjebak dalam siklus keinginan yang tiada habisnya—selalu merasa harus memiliki lebih banyak, mencapai lebih tinggi, atau memenuhi ekspektasi eksternal. Padahal, banyak dari yang kita inginkan sebenarnya tidak kita butuhkan. Dengan hanya mengambil apa yang kita butuhkan, hidup kita menjadi lebih sederhana, tidak dibebani oleh hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Saat kita mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan, kita tidak lagi merasa terbebani oleh harapan yang berlebihan, sehingga kebahagiaan pun menjadi lebih mudah diraih.

Lalu ada sakperlune, yang berarti hidup sesuai dengan keperluan. Setiap tindakan atau keputusan yang kita ambil sebaiknya relevan dengan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita. Sering kali, kita terjebak melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak mendukung tujuan utama kita, hanya karena dorongan eksternal atau tekanan sosial. Konsep sakperlune mengajarkan kita untuk fokus pada apa yang benar-benar perlu dilakukan, tidak lebih dan tidak kurang. Dengan begitu, hidup kita menjadi lebih efisien dan terfokus, sehingga kita bisa lebih mudah menemukan kepuasan dan ketenangan.

Berikutnya adalah sakcukupe, yang mengajarkan kita untuk mengambil secukupnya saja. Manusia sering kali terjebak dalam keinginan untuk selalu lebih—lebih banyak uang, lebih banyak barang, lebih banyak pengakuan. Namun, dalam kebahagiaan yang sejati, rasa cukup adalah kunci penting. Ketika kita bisa merasa cukup dengan apa yang kita miliki, hidup menjadi lebih damai. Tidak perlu terus membandingkan diri dengan orang lain atau mengejar hal-hal yang tak berujung. Rasa cukup ini, atau qanaah dalam istilah agama, membawa kita pada kehidupan yang sederhana namun penuh makna.

Sakbenere berarti hidup sesuai dengan kebenaran yang kita yakini. Kebahagiaan yang sejati hanya bisa ditemukan ketika kita hidup dengan jujur, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Hidup dalam kepura-puraan atau kebohongan hanya akan membuat kita lelah dan cemas. Sebaliknya, dengan menjalani hidup yang sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai kebenaran yang kita yakini, kita akan merasa lebih tenang dan bebas dari tekanan sosial yang sering kali memaksa kita untuk menjadi orang lain. Kebenaran membawa kebebasan, dan dari kebebasan itulah kebahagiaan muncul.

Sakmesthine mengingatkan kita untuk menjalani apa yang pasti atau yang sudah menjadi kewajiban kita. Sering kali, kita terjebak dalam keraguan atau kebimbangan, menunda-nunda tindakan yang sebenarnya sudah jelas harus dilakukan. Dengan konsep ini, kita diajak untuk tidak membuang-buang waktu pada hal-hal yang meragukan atau tidak pasti. Lakukan yang mesti dilakukan, fokus pada hal-hal yang memang sudah jelas jalannya. Dengan begitu, hidup kita akan lebih terarah dan jauh dari penyesalan. Tindakan yang pasti dan terencana selalu membawa kepuasan tersendiri, yang pada akhirnya berujung pada kebahagiaan.

Terakhir, ada sakpenake, yaitu menjalani hidup dengan nyaman. Kenyamanan ini bukan berarti hidup tanpa tantangan atau selalu memilih jalan yang paling mudah. Sebaliknya, sakpenake lebih mengacu pada kenyamanan batin, di mana kita hidup sesuai dengan hati nurani dan merasa damai dengan pilihan-pilihan yang kita buat. Hidup yang bahagia adalah hidup yang tidak dipenuhi oleh kecemasan atau tekanan yang berlebihan. Ketika kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri dan dengan jalan hidup yang kita pilih, maka kebahagiaan pun akan datang dengan sendirinya.

Pada akhirnya, konsep 6S ini adalah panduan sederhana namun penuh makna untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup kita. Ketika kita mampu hidup sesuai kebutuhan, keperluan, merasa cukup, mengikuti kebenaran, menjalani yang pasti, dan merasa nyaman dengan diri sendiri, maka kebahagiaan bukan lagi sesuatu yang sulit dijangkau. Kebahagiaan hadir bukan dari luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri—dari cara kita memandang hidup, dari kesederhanaan dan kejujuran dalam setiap langkah yang kita ambil.

Sumber:

Fahrudin Faiz, _Filsafat Kebahagiaan_, Bab. Ki Ageng Suryomentaram, hlm. 227-229

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • Kebahagiaan
  • Kebenaran
  • kebutuhan
  • kenyamanan
  • kesederhanaan
Redaksi Riset Ringan

Previous Article
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Kewarganegaraan

Menjaga Marwah Persyarikatan dalam Konstelasi PILKADA

  • October 17, 2024
  • Redaksi Riset Ringan
View Post
Next Article
Pesantren Modern At-Tin UMP mengupayakan pendekatan pendidikan Al-Qur'an yang tidak hanya bertujuan untuk capaian hafalan tetapi juga pemahaman yang bijaksana dan reflektif.
  • Islamic Studies
  • Nalar Tafsir

Halaqah Al-Qur’an di Pesantren Modern At-Tin UMP: Menumbuhkan Generasi Qur’ani yang Reflektif

  • October 26, 2024
  • Redaksi Riset Ringan
View Post
You May Also Like
View Post
  • Reportase
  • Resensi Buku

Meraih Kebahagiaan: Membuka Jalan Menuju Kedamaian Batin dalam Era Modern

  • Redaksi Riset Ringan
  • February 26, 2025
View Post
  • Pendidikan (Education)
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku

Al-Wahhaab: Allah yang Memberi Tanpa Batas

  • Redaksi Riset Ringan
  • January 20, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Resensi Buku

Masyarakat Sipil dan Transisi Energi Hijau

  • Redaksi Riset Ringan
  • November 21, 2024
View Post
  • Nalar Sufi
  • Resensi Buku

Kehidupan dan Manifestasi Keagungan Ilahi

  • Redaksi Riset Ringan
  • October 28, 2024
View Post
  • Nalar Salim
  • Resensi Buku

Seni Berdialog dengan Diri Sendiri: Sebuah Resensi

  • Redaksi Riset Ringan
  • October 15, 2024
Integrasi antara rasionalitas dan transendensi inilah yang menjadi inti dari filsafat Islam.
View Post
  • Nalar Salim
  • Resensi Buku

Filsafat Islam: Antara Akal dan Transendensi

  • Redaksi Riset Ringan
  • October 2, 2024
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Resensi Buku

Transisi Energi: Antara Peluang dan Acanaman Ketidakadilan

  • Redaksi Riset Ringan
  • September 8, 2024
View Post
  • Nalar Salim
  • Pendidikan (Education)
  • Resensi Buku

Lima Daya Esensial dalam Kepemimpinan

  • Redaksi Riset Ringan
  • September 3, 2024

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

Riset Ringan Riset Ringan
Artikel Ringan dan Bernas

Input your search keywords and press Enter.