Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Nalar Salim
    • Nalar Insani
    • Nalar Sufi
    • Nalar Tafsir
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Liputan Khusus
  • Pendidikan (Education)
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Wawancara
  • Kirim Tulisan
Rubrik
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
Riset Ringan Riset Ringan
Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kategori
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • Kirim Tulisan
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)

Paradoks Pembangunan Berkelanjutan

  • June 10, 2024
  • Redaksi Riset Ringan
Total
0
Shares
0
0
0

Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd/ Pemerhati Pendidikan Lingkungan Hidup

Pembangunan berkelanjutan telah menjadi agenda global sejak akhir abad ke-20, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk memastikan kesejahteraan jangka panjang umat manusia. Namun, meski konsep ini tampak ideal dan menjanjikan, realisasinya kerap menghadapi kendala dan bahkan menimbulkan paradoks. Seperti yang disoroti oleh Prof. Oekan Abdoellah, Ph.D, dalam bukunya “Dari Ekologi Manusia ke Ekologi Politik”, pembangunan berkelanjutan seringkali terbentur oleh sistem ekonomi yang dominan, yaitu kapitalisme.

Paradoks Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan

Inti dari paradoks pembangunan berkelanjutan terletak pada hubungan yang kompleks antara tujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dan praktik ekonomi kapitalis. Kapitalisme, dengan fokus utamanya pada akumulasi modal dan peningkatan profit, sering kali mengabaikan dampak lingkungan dan sosial dari aktivitas ekonomi. Hal ini menciptakan ketegangan antara pertumbuhan ekonomi yang diinginkan dan konservasi lingkungan yang dibutuhkan.

Kapitalisme mendorong ekspansi industri dan konsumsi yang besar, yang di satu sisi dapat meningkatkan pendapatan dan standar hidup masyarakat. Namun, di sisi lain, ekspansi ini sering mengorbankan kesehatan lingkungan. Penebangan hutan, polusi udara dan air, serta eksploitasi sumber daya alam adalah beberapa contoh bagaimana aktivitas ekonomi kapitalis dapat merusak lingkungan. Dalam jangka panjang, degradasi lingkungan ini akan berdampak negatif pada kualitas hidup manusia, terutama bagi generasi mendatang yang akan mewarisi bumi yang lebih rusak.

Timpang Sosial dan Ekonomi

Paradoks lainnya muncul dalam bentuk ketimpangan sosial dan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan idealnya bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial. Namun, kapitalisme sering kali memperkuat ketimpangan ini. Akumulasi modal cenderung terkonsentrasi di tangan segelintir orang atau perusahaan, sementara sebagian besar populasi tetap berada dalam kondisi ekonomi yang rentan.

Ketimpangan ini juga berpengaruh pada kemampuan berbagai kelompok masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Mereka yang memiliki sumber daya lebih banyak dapat mengakses teknologi hijau dan solusi mitigasi, sementara kelompok yang kurang mampu akan semakin terdampak oleh perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Akibatnya, tujuan keadilan sosial dalam pembangunan berkelanjutan menjadi sulit tercapai.

Secercah Arah Perbaikan

Untuk mengatasi paradoks ini, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan inklusif dalam pembangunan berkelanjutan. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil seperti:

Mengintegrasikan Prinsip-Prinsip Lingkungan dalam Ekonomi. Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan dan praktik bisnis yang memprioritaskan keberlanjutan lingkungan. Ini termasuk insentif untuk penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Mendorong Ekonomi Sirkular. Beralih dari model ekonomi linier (produksi, konsumsi, pembuangan) ke ekonomi sirkular (reduksi, penggunaan kembali, daur ulang) dapat membantu mengurangi tekanan pada sumber daya alam dan mengurangi limbah.

Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan perlu ditingkatkan. Masyarakat yang sadar akan dampak lingkungan dari aktivitas mereka cenderung lebih mendukung kebijakan hijau dan menerapkan praktik hidup berkelanjutan.

Menegakkan Kebijakan Keadilan Sosial. Kebijakan yang memastikan distribusi manfaat ekonomi yang adil dan peningkatan kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat adalah kunci untuk mengurangi ketimpangan. Ini termasuk akses yang adil ke pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja.

Kolaborasi Global. Isu-isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bersifat global dan memerlukan kerjasama internasional. Negara-negara harus bekerja sama untuk menetapkan dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, serta berbagi teknologi dan pengetahuan.

Pembangunan berkelanjutan memang mengandung paradoks yang kompleks, terutama ketika dihadapkan pada dinamika kapitalisme global. Namun, dengan komitmen yang kuat dan pendekatan yang tepat, tantangan ini dapat diatasi. Penting untuk mengingat bahwa tujuan akhir dari pembangunan berkelanjutan adalah untuk memastikan kesejahteraan dan kelangsungan hidup umat manusia serta planet kita. Mewujudkan visi ini memerlukan perubahan mendasar dalam cara kita berpikir tentang ekonomi, lingkungan, dan keadilan sosial.

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • Ekologi Manusia
  • Ekologi Politik
  • Ekonomi
  • Kapitalisme
  • lingkungan hidup
  • Pembangunan
  • Ulasan Buku
Redaksi Riset Ringan

You May Also Like
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Islamic Studies

Risalah Ekologis: Menyadari Keterkaitan Islam dengan Isu Lingkungan

  • Redaksi Riset Ringan
  • March 13, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Kuliah Subuh Ramadhan

Kuliah Subuh: Menjaga Lingkungan sebagai Bentuk Ketakwaan kepada Allah

  • Redaksi Riset Ringan
  • March 8, 2025
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)

Orientasi Pendidikan Gontor dan Perannya di Ranah Sosial

  • Redaksi Riset Ringan
  • February 20, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Reportase

Delegasi Al Manar Muhammadiyah Boarding School Pemalang Dalami Ekoliterasi dalam Multi-Faith Ecoliteracy Camp 2025

  • Redaksi Riset Ringan
  • February 17, 2025
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)

Refleksi Nisyfu Sya’ban: Dari Ritual Hingga Sosial

  • Redaksi Riset Ringan
  • February 14, 2025
View Post
  • Islamic Studies
  • Nalar Insani
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)

Peradaban Islam dan Ilmu

  • Redaksi Riset Ringan
  • January 17, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Resensi Buku

Masyarakat Sipil dan Transisi Energi Hijau

  • Redaksi Riset Ringan
  • November 21, 2024
View Post
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Islamic Studies
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)

Islam sebagai Rahmat untuk Semesta

  • Redaksi Riset Ringan
  • October 27, 2024

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

Riset Ringan Riset Ringan
Artikel Ringan dan Bernas

Input your search keywords and press Enter.