• Panduan Kirim Naskah
  • Tentang Alfuwisdom
  • LIPUTAN BILFEST 2025
  • Sehimpun Gagasan
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
Rubrik
  • BILFEST 2025
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan BILFEST 2025
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Penerbitan Buku
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
ALFUWISDOM
ALFUWISDOM
  • Panduan Kirim Naskah
  • Tentang Alfuwisdom
  • LIPUTAN BILFEST 2025
  • Sehimpun Gagasan
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • Kuliah Subuh Ramadhan

Kuliah Subuh: Puasa sebagai Wasilah Tazkiyatun Nafs

  • Maret 6, 2025
  • 3 minute read
Total
0
Shares
0
0
0

Kuliah Subuh:

Puasa sebagai Wasilah Tazkiyatun Nafs

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali menikmati bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, rahmat, dan maghfirah. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga, sahabat, dan segenap kaum muslimin yang istiqamah di jalan-Nya.

Hadirin rahimakumullah,

Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi ia merupakan sarana (wasilah) untuk tazkiyatun nafs, penyucian jiwa. Di antara hikmah terbesar dari puasa adalah mendidik nafsu ammârah, meluruskan akhlak, dan menjauhkan diri dari perkara yang sia-sia serta perbuatan yang tidak jelas manfaatnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama dari puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Takwa tidak hanya sebatas ketaatan lahiriah, tetapi juga melibatkan penyucian hati dari berbagai penyakit seperti kesombongan, kelalaian, dan ketamakan.

Manusia sering kali lupa akan hakikat dirinya. Nafsu cenderung menutup mata terhadap kelemahan, kefakiran, dan kekurangan yang ada dalam dirinya. Ia enggan merenungkan betapa rapuh dan fana keberadaannya. Ia seakan menganggap dirinya kuat, tidak terkalahkan, bahkan merasa seolah-olah dirinya akan kekal di dunia ini. Hal inilah yang menyebabkan manusia berambisi terhadap dunia, terjerumus dalam ketamakan, serta terikat dengan kecintaan buta terhadap kenikmatan duniawi.

Manusia berlomba-lomba mengumpulkan harta, mengejar jabatan, dan memperkuat cengkeraman terhadap segala yang dianggap bernilai bagi kehidupannya. Akibatnya, ia lupa kepada Allah, Rabb yang telah menciptakannya dan mencurahkan rahmat-Nya. Ia pun lupa bahwa ada kehidupan akhirat yang menanti, tempat segala amal diperhitungkan, dan keabadian sejati berada. Inilah yang kemudian menjerumuskan manusia ke dalam akhlak tercela serta menjauhkan dirinya dari nilai-nilai ketakwaan.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Puasa Ramadhan datang sebagai obat bagi kelalaian ini. Ketika seseorang berpuasa, ia mulai merasakan kelemahan dirinya. Lapar dan dahaga menyadarkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk yang penuh keterbatasan. Ketika perut kosong, ia memahami betapa besar kebutuhannya kepada rahmat dan kasih sayang Allah. Lapar yang ia rasakan membuka pintu kesadaran bahwa segala sesuatu yang ia miliki, baik makanan, minuman, maupun kesehatan, semuanya adalah nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah mengingatkan dalam firman-Nya:

وَخُلِقَ الْإِنسَانُ ضَعِيفًا

“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS. An-Nisa: 28)

Dalam keadaan ini, hati yang bersih akan tergerak untuk mengetuk pintu ampunan Allah dengan penuh kerendahan hati. Kesombongan yang sebelumnya menguasai dirinya perlahan luntur. Ia merasakan kefakiran sejatinya di hadapan Allah, sehingga ia lebih mudah bersyukur dan merendahkan diri dalam doa dan munajat. Maka, puasa tidak hanya melatih fisik, tetapi juga mendidik jiwa agar lebih dekat kepada Rabb-nya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Hadis ini menjadi pengingat bahwa tidak semua orang mampu meraih hikmah dari puasa. Jika kelalaian masih menyelimuti hati, maka puasa hanya akan menjadi sekadar menahan lapar dan dahaga tanpa makna yang mendalam. Oleh karena itu, hendaknya kita semua menjadikan puasa sebagai sarana untuk benar-benar membersihkan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah, dan mengikis segala bentuk keangkuhan dalam diri.

Semoga Allah menjadikan Ramadhan kali ini sebagai momentum perubahan bagi kita semua, sehingga kita dapat keluar darinya sebagai insan yang lebih bertakwa. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber: Said Nursi, Misteri Puasa, Hemat dan Syukur

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • ayat tentang puasa
  • hadis tentang puasa
  • hikmah puasa
  • keutamaan puasa
  • makna puasa
  • manfaat puasa
  • puasa dan akhlak
  • puasa dan ketakwaan
  • puasa ramadhan
  • tazkiyatun nafs
Redaksi Riset Ringan

Previous Article
  • Kultum Ramadhan

Kuliah Tarawih: Memahami Wahyu dan Proses Pewahyuannya

  • Maret 6, 2025
View Post
Next Article
  • International Article

The Essence of Fasting in Ramadan

  • Maret 7, 2025
View Post

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

You May Also Like
View Post
  • Kuliah Subuh Ramadhan

Kuliah Subuh: Tingkatan-Tingkatan Taqwa

  • Redaksi Riset Ringan
  • Maret 10, 2025
View Post
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Kuliah Subuh Ramadhan

Kuliah Subuh: Menjaga Lingkungan sebagai Bentuk Ketakwaan kepada Allah

  • Redaksi Riset Ringan
  • Maret 8, 2025
View Post
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Nalar Salim

Kuliah Subuh: Hakikat Manusia dalam Perspektif Islam

  • Redaksi Riset Ringan
  • Maret 5, 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

ALFUWISDOM
CV. ALFUWISDOM MITRA PRIMA

Input your search keywords and press Enter.