Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Nalar Salim
    • Nalar Insani
    • Nalar Sufi
    • Nalar Tafsir
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Liputan Khusus
  • Pendidikan (Education)
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Wawancara
  • Kirim Tulisan
Rubrik
  • Ekologi (Islamic Ecology)
  • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
  • Gerakan Sosial (Social Movement)
  • International Article
  • Islam dan Teknologi Informasi
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Kajian Bahasa (Sastra)
  • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
  • Kewarganegaraan
  • Kuliah Subuh Ramadhan
  • Kultum Ramadhan
  • Liputan Khusus
  • Muhammadiyah
  • Nalar Insani
  • Nalar Salim
  • Nalar Sufi
  • Nalar Tafsir
  • Pendidikan (Education)
  • Reportase
  • Resensi Buku
  • Resensi Buku
  • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
  • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
  • Uncategorized
  • Wawancara
Riset Ringan Riset Ringan
Riset Ringan Riset Ringan
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kategori
    • Nalar Salim
      • Nalar Tafsir
      • Nalar Insani
      • Nalar Sufi
    • Ekologi (Islamic Ecology)
    • Ekonomi Islam (Islamic Finance)
    • Gerakan Sosial (Social Movement)
    • Islamic Studies
    • Isu Perempuan (Woman Issues)
    • Kajian Bahasa (Sastra)
    • Kajian Filsafat (Philosophical Discourse)
    • Kewarganegaraan
    • Liputan Khusus
    • Pendidikan (Education)
    • Studi Kebudayaan (Cultural Studies)
    • Teknologi Informasi (Informatic Technology)
    • Wawancara
  • Kirim Tulisan
  • Uncategorized

Hidup Adalah Tiga Fase: Merencanakan, Menjalani, dan Melepaskan

  • January 29, 2025
  • Redaksi Riset Ringan
mental health wellness background with line style human head vector
Total
0
Shares
0
0
0

Hidup Adalah Tiga Fase: Merencanakan, Menjalani, dan Melepaskan

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy/ Manusia Biasa

Ada saat-saat dalam hidup di mana kita merasa begitu buntu. Seakan semua yang kita upayakan berakhir sia-sia. Seakan kita berdiri di persimpangan tanpa tahu harus melangkah ke mana. Jika kamu sedang mengalami fase ini, tarik napas dalam-dalam. Aku ingin mengajakmu melihat hidup dari tiga sudut yang berbeda: merencanakan, menjalani, dan melepaskan.

Merencanakan untuk Mengarahkan Hidup dengan Tujuan

Setiap orang butuh rencana. Rencana itu seperti peta yang membantumu memahami ke mana harus pergi. Ia membuatmu sadar akan apa yang ingin kamu capai dan bagaimana mencapainya. Tapi, pernahkah kamu merasa semakin banyak merencanakan, semakin sulit hidup terasa?

Banyak orang terjebak dalam fase ini. Mereka merancang semuanya dengan begitu detail, tapi justru semakin tertekan. Kenapa? Karena mereka lupa bahwa hidup bukan hanya tentang tujuan, tetapi juga tentang perjalanannya. Rencana adalah kompas, bukan borgol. Jangan biarkan dia membelenggumu dalam ketakutan akan masa depan.

Jadi, buatlah rencana. Tapi ingat, rencana yang baik adalah rencana yang fleksibel. Rencana yang memberimu arah, tapi tidak mengekang langkahmu.

Menjalani serta Hadir dalam Momen yang Sedang Berlangsung

Kamu pernah makan sambil berpikir tentang pekerjaan yang belum selesai? Atau berjalan di taman tapi sibuk memikirkan apa yang harus dilakukan besok? Jika iya, mungkin kamu sedang menjalani hidup, tapi tidak benar-benar hadir di dalamnya.

Hidup ini terus berjalan. Entah kamu menikmatinya atau tidak. Entah kamu menyadarinya atau tidak. Masalahnya, banyak dari kita yang lupa *menghidupi hidup itu sendiri*. Kita sibuk mengejar sesuatu yang belum terjadi, atau menyesali sesuatu yang sudah berlalu.

Kehidupan yang paling bermakna adalah kehidupan yang dijalani dengan penuh kesadaran. Hadirlah sepenuhnya dalam apa yang sedang kamu lakukan. Jika sedang makan, nikmatilah rasanya. Jika sedang berbicara dengan seseorang, dengarkan dengan saksama. Jika sedang bekerja, fokuslah pada pekerjaan itu.

Jangan mencampurkan masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam satu piring. Nikmati satu suapan kehidupan pada satu waktu.

Melepaskan dan Menerima yang Tidak Bisa Dikendalikan

Ini adalah fase yang paling sulit bagi banyak orang. Kita ingin segala sesuatu berjalan sesuai keinginan kita. Kita ingin setiap rencana berhasil, setiap harapan terwujud. Tapi kenyataannya, tidak semua hal ada dalam kendali kita.

Melepaskan bukan berarti menyerah.

Melepaskan berarti mengakui bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita ubah, dan itu tidak apa-apa.

Pernahkah kamu mencoba menggenggam pasir terlalu erat? Semakin kuat kamu menekan, semakin banyak yang jatuh dari tanganmu. Hidup juga seperti itu. Jika kamu terlalu menggenggam sesuatu—entah itu harapan, orang, atau masa lalu—kamu justru akan kehilangan ketenanganmu.

Melepaskan adalah keterampilan yang harus dilatih. Latihlah dirimu untuk menerima kenyataan tanpa perlawanan. Latihlah dirimu untuk berkata, “Aku sudah berusaha, dan sekarang aku serahkan sisanya pada Tuhan.”

Hidup dalam Harmoni

Hidup yang seimbang adalah hidup yang tahu kapan harus merencanakan, kapan harus menjalani, dan kapan harus melepaskan. Jangan campurkan ketiganya dalam satu waktu, karena itu hanya akan membuatmu lelah dan kehilangan arah.

Merencanakanlah di pagi hari. Tuliskan apa yang ingin kamu capai. Bayangkan langkah-langkahnya. Tapi setelah itu, lepaskan kecemasan tentang hasilnya.

Jalanilah harimu dengan sepenuh hati. Jangan biarkan kekhawatiran akan masa depan atau penyesalan akan masa lalu menghalangimu menikmati hari ini.

Melepaskanlah sebelum tidur. Saat malam tiba, serahkan semua hal yang tidak bisa kamu kendalikan. Percayalah, hidup akan tetap berjalan dengan atau tanpa kecemasanmu.

Jika kamu bisa menjalani hidup dengan cara ini, aku yakin kamu akan menemukan lebih banyak ketenangan. Satu per satu. Tidak perlu terburu-buru.

Selamat merencanakan.

Selamat menjalani.

Selamat melepaskan.

Tulisan ini hasil refleksi atas Pembacaan Buku Mindful Life: Seni Menjalani Hidup Bahagia dan Bermakna, Penulis Darmawan Aji, Metagraf, Solo: 2109

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Related Topics
  • Ambisi
  • Ekspetasi
  • Hidup
  • Kebahagiaan
  • Kesehatan Jiwa
  • Ketenangan Jiwa
  • mental health
  • Mindful
  • Mindfulness
  • Rencana
  • Sederhana
  • Target
Redaksi Riset Ringan

Previous Article
  • Islamic Studies
  • Isu Perempuan (Woman Issues)
  • Resensi Buku

Hijrah Kaffah for Muslimah Milenial: Sebuah Proses Tanpa Henti Menuju Perbaikan Diri

  • January 29, 2025
  • Redaksi Riset Ringan
View Post
Next Article
  • Islamic Studies
  • Muhammadiyah

Empat Kompetensi Dasar Kader Muhammdiyah

  • February 7, 2025
  • Redaksi Riset Ringan
View Post
You May Also Like
View Post
  • Uncategorized

Sukses Digelar, Talkshow Pengembangan Diri di SMA MBS Bumiayu

  • Redaksi Riset Ringan
  • February 27, 2025
View Post
  • Uncategorized

Peran Teknologi Informasi dalam Mengembangkan Pendidikan Islam di Era Modern

  • Redaksi Riset Ringan
  • January 19, 2025
View Post
  • Uncategorized

HARDIKNAS: Sebuah Refleksi atas Esensi Pendidikan

  • Redaksi Riset Ringan
  • May 5, 2024
View Post
  • Uncategorized

Resensi Buku: “Stop Merangukan Diri Sendiri” oleh Ibrahim El Fiky

  • Redaksi Riset Ringan
  • April 22, 2024
View Post
  • Nalar Insani
  • Pendidikan (Education)
  • Uncategorized

Pola Pendidikan Manusia Fitrah, Memulai Dari Keluarga

  • Irhas Muflih
  • April 12, 2024
View Post
  • Resensi Buku
  • Uncategorized

Resensi Buku “Rahasia Meraih Shalat Khusyuk”

  • Redaksi Riset Ringan
  • April 7, 2024

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe

Subscribe now to our newsletter

Riset Ringan Riset Ringan
Artikel Ringan dan Bernas

Input your search keywords and press Enter.